Semua orang pasti pernah melewati masa kecil. Ya kan ?
Melewatkan dengan berbagai cerita unik. Punya tempat favorit buat bermain dengan anak tetangga, main dokter-dokteran, naksir temen se-TK, macem macem deh.
Aku juga. Aku pingin membagi cerita masa kecil pas berumur 4-8 taunan.
Dulu,
Aku selalu menghabiskan waktu luang, dengan mampir ke rumah tetangga sebelah. Aku gampang banget nongolin muka di pintu belakang sambil berkata, “Moniq.. Moniq..” dan orang di rumah itu sudah sangat terbiasa dengan kemunculanku yang tiba-tiba.
“NIIIQQ .. ada Anisa!” kata mereka. “Masuk aja nis!”
Akupun dengan tanpa malunya langsung ngeloyor masuk dan naik tangga menuju kamar si Moniq. Saat itu, Moniq sekamar dengan kakak perempuannya Mbak Fitrah. Moniq adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Dia punya satu kakak cewek, satu kakak cowok, dan satu adik cewek. Dia setahun lebih tua dariku. Aku seneng deh kalo main ke rumahnya Moniq. Karena bu Basofi (mamahnya Moniq) baik banget dan sering nawarin makan. Di rumah Moniq selalu penuh dengan kue atau makanan yang sering aku lihat di televisi. Aku pernah menemukan sereal choco krunch di kulkasnya yang besar. Waahh ,, karena emang waktu itu emang gencar banget iklan sereal coklat enak dan bergizi itu di televisi, akupun dibuat ngiler. Aku pingin minta , kok gak enak. Alhasil aku hanya menatap sereal menggoda itu ditutup pintu kulkas. Blamm.
Waktu usiaku 5 tahun, aku juga pernah buka puasa di rumah Moniq. Di tengah siang yang terik, kami berdua dengan senang hati meneguk air kulkas diikuti tatapan mas Gilang yang iri. Saat itu mas gilang kelas 4 SD. Bu Basofipun dengan baik hati memberi kami menu buka puasa yang sangat maknyus.
Mi rebus dengan potongan sosis diatasnya ! wah. Menurutku (saat itu) sosis adalah makanan yang sangat langka.
Kami juga menghabiskan waktu dengan bermain. Mulai dari main Sherina-Sherina-an, Barbie, sampai smack down. Kalau Smack down, melibatkan satu orang lagi.
Yaitu masku. Kakak cowokku.
Saat itu, dia pulang sekolah dan langsung mencopot sepatu bata-nya yang langsung menyebarkan aroma matahari dan berkata. “Ayo Nis main SMACK-DOWN ! aja’en Moniq !”
oh. Masku itu ternyata abis berbagi cerita dengan teman-teman SD di sekolahnya tentang pertandingan SMACK DOWN kemarin malam.
Anak laki-laki kelas 4 SD itu langsung bersiap. Arena pertandingan adalah kamar dia sendiri. Di atas kasur dia berdiri dengan sok kuat, dan berkata sendiri
“Ladies and Gentleman ! inilaaaahhhh………… THE ROOOCKKK !!!”
Masku melakukan gerakan-gerakan khas The Rock, mulai dari mengendikkan alis sambil merengut sampai membanting guling yang dipaksa menjadi kursi ke arahku. Oh My God.
“Dan lawannyyaa …. Margaretha !!” ia langsung menarikku ke atas kasur. Moniq di lantai berdiri sambil menelungkupkan tangan di depan dada. Dan pura-pura berdoa supaya aku menang melawan anak SD yang diracuni otaknya oleh teman-teman dan televisi itu.
Suara ketukan kaca dianggap masku mewakili lonceng tanda pertandingan dimulai. Aku mundur-mundur, tapi ia langsung menjegalku dan seketika memiting lengan lemahku. Aku mengaduh-aduh sambil tertawa-tawa. Seru sekali. Aku balas memukul badannya. Tapi apalah daya anak TK, melawan anak laki-laki berbau matahari. Akupun KO. ia langsung naik ke tepi ranjang dan mencium-cium otot trepesnya bangga.
Masku itu juga terobsesi sekali dengan film india yang berjudul “Kuch-Kuch Hota Hai” baginya, film itu adlah inspirasinya. Ya, dia sangat ingin menyamai Rahul. Pemeran utama di film itu. Ia lalu bernyanyi-nyanyi india. Aku pernah diajak nonton film itu. vcd-nya bahkan sampai lecet-lecet karena sering ditonton.
Dulu,
Aku adalah anak perempuan yang sangat cengeng. Sedikit disakiti masku, aku menangis keras. Tapi justru jeritanku itu yang tambah membuat masku semakin sering menjahili aku. Di kelas 4 SD pun aku masih hobi menangis. Menangis karena hal yang sangat konyol. Dimarahi sedikit, menangis, dipukul sedikit menangis. Kedua orang tuaku menganggap itu adalah hal yang biasa terjadi di rumah. Apalagi, masku selalu memberi alasan dengan tampang yang sangat meyakinkan.
Aku ingat. Terakhir kali aku dibuat malu olehnya. Waktu itu aku kelas 5 SD. Dasar anak kecil, saat itu aku lagi seneng-senengnya main petak umpet bareng anak-anak se-kampung. Sambil ngelirik-lirik anak cowok tetangga depan rumah yang manis. Sebut aja namanya Esa.
Aku juga menulis namanya dengan jelas di diaryku :
Daftar nama cowok yang aku sukain.
1. Rifqi. Temen sekelasku . aku suka sama dia dari kelas satu lho.
2. mas Esa. Anak blok L-17.
Apesnya aku, di sore hari, tiba-tiba aku menemukan masku yang sedang asyik membaca diary biru sambil mesam-mesem.
“HAHAHA ,, KUN NAKSIR ESA YOOOO ???!! TAK KANDA’NO !”
Ia tertawa-tawa. Aku memukulnya sambil menahan tangis. Aku malu sekali. Ternyata, masku itu menceritakan isi diaryku ke ayahku dan mbak ku.
“Yah ,, Yah. Anisa naksir anaknya pak Herman yang jualan pulsa, Yah. Hihihih ..”
“Mbak mbak . Anisa lho naksir Esa anake pak Herman yang SMP 12 tu lho . hihihi . masak mbak, de’e lho nulis di diarynya DAFTAR COWOK YANG KUSUKAI. “
Dia cerita itu semua dengan volume keras. Biar aku denger maksudnya.
Marah banget waktu itu aku. Karena saat itu aku ditugasin ngepel, aku ngepel sambil nangis.
Aku benci masku!
***
Hff.
Tapi sekarang. Semuanya sudah terasa berbeda seiring bertambahnya usia dan kedewasaan. Moniq tak lagi sering kulihat. Ia sedang menikmati masa SMA-nya, berhahahihi dengan teman segenknya dan ngobrolin cowok. Fisiknya tak banyak berubah. Rambutnya tetap bergelombang. Ia hanya lebih remaja. Jika kami kebetulan sedang mengangkat jemuran yang letaknya di sebelah rumah kami pas, kami bertemu, kami selalu menyempatkan diri ngobrol sekilas tentang apa saja. Tentang SMA-nya, cowok gebetannya waktu SMP, cowok gebetanku, tentang pengalaman UNAS yang tahun lalu dilewatinya.
Masku ?
Dia juga tak banyak berubah. Dia masih sering ngusilin sih, tapi aku pasti punya tameng buat mbales dia. Haha. Ak baru ingat. Aku selalu ngegosipin dia dan pacarnya di depan ayah ! huahaha. Iya, semenjak masuk SMA dan punya HP sendiri, aku selalu mengecek inbox hapenya.
Aha.. I knew ur BIG SECRET, bro !
Semenjak ia punya binder (binder itu bekasku) , masku itu jadi sering buat puisi cinta. Ia menyimpan foto cewek manis di hapenya. Dari inbox dan binder itulah, aku tahu ternyata dia pernah ditolak cewek. Bahagia sekali aku mengetahui itu. dari situ juga aku tahu kalau masku itu sudah diterima cintanya dan pacaran.
Dan senangnya lagi, aku menceritakan semuanya ke ayah ! persis yang ia lakukan padaku dulu. Cuma bedanya, aku pura-pura blo’on depan dia. Padahal dibelakang, dengan panas menceritakan inbox sms ke ayahku.
Masku itu sekarang sudah jauh lebih dewasa. Semenjak ia jadi ketua OSIS di SMAnya dulu, ia jadi berpikiran luas, pintar berbicara, dan arif. Sekarang ia menjadi mahasiswa Airlangga dan sering membangga-banggakan jurusannya . Teknologi Lingkungan. Ia mengklaim diri sebagai mahasiswa penerus bangsa Indonesia.
Masku yang dulu jail itu juga sekarang sering menjadi penengah di keluargaku. Ia selalu bisa memberikan masukan yang bijaksana sekali terhadap masalah yang ada di rumah. Tentang kakak cewekku yang mau menikah, tentang kriteria, ah . semuanya. Ia juga sering memberiku motivasi untuk UNASku nanti. Aku bahkan mengakui, ia kelihatan ganteng kalo lagi bicara serius.
Aku?
Aku rasa, aku tak secengeng dulu. Jika aku marah dan sedih, aku mencari tempat aman untuk sekedar meneteskan satu air mata saja tanpa ada orang yang tahu. Kemudian cukup.
Kedewasaan? Aku tak bisa menilai sejauh mana kedewasaanku itu. arti dewasa saja aku masih bingung menjawabnya.
Mengingat masa kecilku, aku sering ketawa-ketawa sendiri. Menertawai kebodohan-kebodohanku. Aku bahkan sering share dengan teman-teman tentang masa kecil. Dan biasanya mereka selalu terhibur dengan cerita-cerita itu. Haha .
Its ok ;)
Thursday, March 05, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment