Bagaimana rasanya memendam kecewa?
karena harapan yang kau lantunkan merdu-merdu rusak karena mikrofonmu ternyata ‘hanya’ berKW 2.
Bagaimana kau bisa ikhlas ketika yang kau cintai ternyata mengkhianati harapanmu, merusak benang-benang doa tulusmu tiap bermunajat pada Yang Maha Indah?
Dan ketika ada sedetik saja kesempatan waktu untuk berbicara, kau ingin segera berteriak. Memberi tahu dirinya bahwa engkau kecewa. Engkau tak lagi memiliki harapan apapun padanya. Engkau menganggap ia tak lagi sama dengan orang yang engkau bangga-banggakan dulu.
Engkau teriakkan itu ke wajahnya.
Puaskah?
Lalu bagaimana jika selama ini yang dipilihnya adalah untuk membuatmu bahagia? Ada cara yang dirasanya lebih membuatmu terkagum daripada mengikuti caramu?
Bagaimana jika ia telah menyapkan skenario kejutan untukmu di akhir cerita?
lalu, bagaimana jika disaat kau bercerita tentang kekecewaanmu padanya, ia terlanjur menganggap dirinya tak berharga? Dan tiba-tiba rencana membuatmu tertawa menguap ke langit-langit.
Mengapa kau mengganggap ia sama dengan mereka? Oh tuhan, bahkan kau menyiratkan bahwa ia bodoh!
Tapi semua memang terlampau wajar. Kau berhak mengutarakannya. Kau memiliki hak prerogatif melebihi presiden kepadanya.
Yang dilakukannya sekarang terlihat lebih sulit. Bagaimana ia bisa bekerja dibawah tatapan mata tak percaya?
Ia tau apa yang akan ia lakukan. Ia bangun kembali puing-puing rencana yang sempat kau senggol, ia tetap memintamu percaya padanya. Ia menganggap kau adalah sedikit ujian bersifat internal yang tengah menguji kekuatannya.
Yah, mungkin di saat-saat tertentu ia akan jatuh lagi
Tapi lihatlah, ia mencoba bersabar dan bangkit.
Dan kemenangan itu sesungguhnya takkan pernah mudah.
Ya kan?
Sunday, October 10, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
6 comments:
iya kak :)
tapi aku masih agak ga mudeng dengan post ini .
dita : sama
.ismy.
ngga pernah cerita apa2 lagi ke aku hu :'(
aku mudeng ._.
caballz ea dd nezha..
mb vivin :
who are you ? --"
i am who i am. i am not you. hehe
Post a Comment