Kemarin dapet video tentang sebuah kecelakaan tragis yang dialami seorang siswa sebuah SMA favorit di Surabaya dari sepupu. gak tau deh itu kapan kejadiannya.
Ngeri. Didapat dari CCTV sebuah jalanan. Ketika motor siswa itu hendak belok, truk besar gandeng muncul dan melindasnya. 12 roda. 12 roda besar itu menggilas tubuhnya. Legam darah seperti air muncrat. Pinggang terpisah. Jalanan menjadi merah. Darah.
Betapa dekatnya.
Betapa dekatnya saya-dan kita semua- dengan kematian. Saya yang tiap hari naik motor ke sekolah yang jaraknya tak kurang dari 18km dari rumah, sesungguhnya sangat dekat dengan kejadian-kejadian seperti itu. Saya ingat sekali, dulu pernah beberapa kali “terselamatkan” dari kecelakaan maut. Saya pernah lalai ngerem motor dalam keadaan dihimpit dua bus di jalan A.Yani. dan anda tahu kenapa saya jadi blank gitu? : Karena saya nyanyi lagu Geisha pas lagi nyetir.
What a stupid.
Buaian lagu membuat saya lalai. And I stopped, took a breath, istighfar, and went on. I couldn’t imagine if I was die on that time, die with Geisha Song. Not dzikrullah, not on remember -Allah condition. Tapi, Allah Maha Baik. Sekalipun pada hamba bodoh yang nyanyi lagu Geisha saat berniat menuntut ilmu. Naudzubillah …
tapi kita semua bercita-cita bertemu Allah kan?
Dan satu-satunya jalan untuk itu hanya satu, Mati.
Mati menjadi sebuah kerinduan bagi mereka yang mencintai Allah dan RasulNya, mati adalah gerbang, mati adalah the only way. Bukan sebuah ketakutan, lantas dihindari dan ‘mencegah’ malaikat Izroil mainkan perannya dengan jimat dan aji-aji. Bukan pula menjadi jalan pintas, dari masalah remeh dunia.
Saya iri. Iri luar biasa.
Para mujahidin itu. Mereka tidak mati, mereka bahagia di sisi Allah. Ketika sambitan Abu Jahal, Bilal yang dipanggang di panas padang pasir dengan batu besar di punggungnya, ketika sahabat Nabi yang dibakar di atas tungku perapian dan api-api itu padam karena cairan tubuhnya oleh kaum kafir, yakinlah mereka sedang tertawa geli. Mereka tidak mati, mereka bersama Allah. (cuplikan buku Saksikan Bahwa Aku Seorang Muslim-nya Salim A.Fillah)
Kita bisa memilih cara untuk bertemu Allah. Bertemu dalam keadaan kafir atau beriman, saat mengingat Allah atau mengingat dunia. Karena kematian itu sungguh rahasia Allah. We never know when it happened. It might be next year, next month, next Sunday, or a minute later.
Dan ketika kematian itu datang, kita akan bahagia. Kita hanya seperti tidur seharian kemudian dibangunkan lagi, dan berbaris rapi di tengah kerumunan yang berwajah sumringah, cerah dan menyejukkan. Kita berada dalam barisan umat Muhammad yang akan masuk Surga untuk pertama kalinya!
Subhanallah...
Semoga!
Thursday, February 25, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comments:
like this :)
Post a Comment