Semua anak kelas X di Sekolah saya sedang sibuk menyiapkan syarat-syarat ke jurusan impian di kelas XI mereka nanti. Almost of them choose (of course) IPA. Syarat masuk IPA di Libels adalah rata-rata nilai Mat-Kim-Bio-Fis-Bing mereka 72, dan 77 untuk Bing. Untuk IPS, Sosiologi-Geografi-Ekonomi-Sejarah minimal 77. Dan perlu diketahui lagi, ujian di SMA saya yang indah ini tidak hanya UTS, atau UAS.
Ada 3 macam ujian:
1. Ulangan Subyektif
Bahasa gampangnya, ulangan essay atau lisan di gurunya langsung.
2. Ulangan Obyektif
Yakni ulangan terkoordinir satu sekolah, dengan menghitamkan salah satu bulatan imut LJK, pilihan ganda, sampai scanner sensi khas ruang data.
3. Evaluasi Enrichment.
Kalo yang ini khusus untuk tambahan pelajaran siang hari, yaitu Mat Fis Kim Bio Bing. Dan evaluasi yang ini berguna banget buat nambal nilai mafiabiobing yang jelek jelek.
Ahaa.. maaf ada yang lupa. Remidi. Saya rasa anda semua tau apa itu remidi. Jika nilai anda kurang dari SKM, hadapilah remidi itu. Biasanya, di sekolah saya, remidi berjamaah itu biasa. Dilakukan hampir sama seperti ulangan obyektif, tentu saja dengan nilai maksimal SKM. Haha. Kalo setelah remidi nilainya tetep kurang dari SKM? Silahkan menghadap guru mapel bersangkutan untuk meminta remidi, karena beberapa guru memilih cuek terhadap nilai siswanya. Dan kalau anda lagi nganggur, boleh membuka website resmi sekolah saya, karena disitu tercantum link download nilai hasil obyektif dan enrichment dari ruang data. Tapi saya mohon jangan dibuka, kalau anda nggak mau trauma. Jadi kalo anda mampir ke libels dan menemukan segerombolan anak numpuk berebutan di satu layar laptop dan ada yang teriak kegirangan atau ada yang mendesah kecewa, itu berarti mereka sedang melihat hasil ulangan obyektif atau enrichment mereka.
Kembali ke pembahasan tentang penjurusan. Seorang siswa akan masuk ke satu jurusan dengan beberapa pertimbangan:
1. Syarat nilai akademis terpenuhi
2. Hasil psikotes
3. Minat.
Ini dia. Seharusnya sederhana, tapi begitu rumit untuk diputuskan oleh orang plinplan seperti aku.
Di awal kelas X, saya dan teman-teman sudah menjalani psikotes, dan hasil nya menunjukan penurunan IQ dari SMP ke SMA saya --, (melas melaass)
Tapi, hasil psikotes menunjukan beberapa hal yang saya membuat saya kaget.
Minat scientific saya paling tinggi nilainya daripada bidang lain. Dan minat linguistic yang saya jagokan dari awal hanya mendapat peringkat kedua. Saya bertanya pada diri saya, mosok seh awakmu seneng ipa?
Jawaban sewot langsung muncul di benak saya. Iya! Saya menikmati ketika sedang membaca tentang pembiasan di dua medium berbeda kerapatannya, membaca tentang kehidupan porifera, dan memahami reaksi oksidasi suatu benda.
Tapi dalam detik yang bersamaan muncul pertanyaan yang menskak-mat argument pertama,
Kok nilaimu di matfiskim gak pernah setinggi yang dibilang hasil psikotes lhoh?
Saya hanya pernah sekali sukses di fisika, kimia dan matematika. Waktu awal-awal kelas X tok. Untuk yang semester dua ini, kalaupun selamat, nilainya pasti nyrempet-nyrempet SKM. Saya berpikir, mungkin bakat itu ada. Tapi saya nggak menemukan cara untuk bisa menikmatinya seperti saya menikmati biologi yang notabene hafalan sambil membayangkan. Perlu diketahui juga, saya lemah di matematika murni. Saya sering melakukan kesalahan waktu berhitung. Gak teliti lah, lupa dikali setengah lah, kurang nambah negasi lah. Saya menyadari itu. tapi dari awal, saya nggak pernah belajar kalo hanya untuk nyari nilai bagus. percuma. nggarai gak ikhlas dan gak dapet berkahnya.
Saya juga selalu enjoy belajar ilmu – ilmu sosial, mana gurunya asik asik.
Dan yang mengherankan saya lagi, di hasil psikotes itu tertulis jelas:
Lebih Disarankan : Ilmu Alam.
Matematika itu masuk ilmu alam gak siiihh ?? - - bagian mananya? (Mohon dijawab) padahal matematika tu dasar semua aspek kehidupan. Ck ck , saya suka matematika pas saya mudeng. Hehehe. Ya, minimal saya harus menyiapkan mood dan semangat lebih untuk belajar matematika.
Tapi seharusnya saya nggak akan segamang ini jika tidak melihat cita-cita akhir saya.
Saya sudah berjanji nggak akan ngambil kuliah IPA, (ngngng .. perjanjian aneh) karena saya agak trauma setelah melihat buku kalkulus kakak saya yang kuliah di IPA. Yahhh… meskipun itu berarti saya nggak ketemu lagi sama biologi atau kimia… Saya akan terjun total di bidang yang saya sukai, dan saya yakin mampu untuk itu. Kita nggak bisa main-main lagi, kita berbicara tentang Cita-Cita. Saat itu, saya mantap IPS, dengan pertimbangan dasar ilmu kuliah, sudah saya pegang di SMA.
Dan ada satu hal yang saya lewatkan dalam memutuskan tentang hal ini.
Nasihat orang tua.
Ayah saya dengan sangat demokratis membebaskan saya memilih apapun jurusan yang saya inginkan. Tapi ibu? Ibu saya selalu punya jawaban yang mematikan argumen-argumen kuat yang sudah saya siapkan sebelumnya. Ibu nggak pernah mengucapkan jelas, tapi tersirat. Ibu benar.
Akhirnya saya me-restart niat lagi. Sebenarnya, masih sulit membayangkan belajar tanpa Kimia dan biologi.
Dengan semua pertimbangan itu, saya akan terus belajar lebih giat lagi, banyak hal yang belum saya pahami dan ketahui.
Ah, biarlah. Bukankah Allah Maha Pembolak-balik hati manusia?
I will do the best of both, science and social. And let Allah takes the rest. Saya hanya ingin semua hasil ikhtiar yang terjadi di hidup saya adalah kehendakNya, bukan siapa-siapa.
Dan kita akan merasa lega nantinya. Ya kan? :)
Thursday, March 18, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment