Pages

Wednesday, March 24, 2010

I'm sure that I have no more tears for 'it' anymore.

2 comments
hei hei.
dont hold that weird feeling on you.
it makes u weaker than before.

u gonna be alright!
stop thinking too long.

im weak.
its all because my fault when i failed keep my heart.
that greengrass made it worse

ya Rabbi..
hold me on..
keep me on from another love except to You ...

Aku bilang bukan

0 comments
kuharap ini bukan alasan dr kecewa.
karna kecewa yg dirasa saat ini, bukan kecewa yg mulia.
ia diliputi bisik syaitan yg begitu halus.
sungguh,
aku tak ingin trlibat trlalu jauh dalam irama prmainan hati.
trlalu bnyak campur tangan syahwat dan duniawi dalam menilai sbuah kejadian.
kesimpulan ini tak murni.

sudahlah..
jgn trlalu dirasa sperti itu, kawan.
kau terlalu mendramatisirnya.
ya... terlalu mendramatisirnya.


di dekat hujan, 22.15

Tuesday, March 23, 2010

Beruntung!

6 comments
Betapa beruntungnya!
Ya. Betapa beruntungnya saya masuk SMA Negeri 15 Surabaya.
Saya nggak bisa membayangkan jika saya sekolah di sma negeri lain.
Di tempat itulah, saya menemukan arti penting hidup saya dari sisi berbeda. di tempat itulah saya bertemu dengan orang orang hebat yang bisa bertahan di segala kondisi.
lebih tepatnya SKI.

Saya yang saat itu masih childish dan kekanakan, membenci sekolah itu.
Benci kenapa nggak maksimal di tes sbi, benci kenapa limabelas jauh banget tempatnya dari rumah, benci kenapa ibu terus sambat tentang sekolah itu, benci kenapa ada matrikulasi yang pake bahasa pengantar bahasa Inggris.
i was so sure that "the wonderful part of people's life begins at highschool" is a BIG lie.

tapi Allah maha baik. Allah 'mengirimkan' seorang teman sebangku yang sangat bersemangat.
namanya Niswah.

Saya sering terkesima dengan semangatnya bercerita tentang teman-temannya, Palestina, tentang Islam yang lebih indah di matanya setelah memakai kerudung di SMA, tentang semangatnya untuk terus memperbaiki diri, tentang mimpinya, tentang ajakannya masuk SKI bersama-sama...
Saya yang dari awal samasekali nggak ada niatan masuk SKI, akhirnya luluh juga. sama sekali nggak ada motivasi kecuali nyenegin hati temen doang. Ada sebersit sombong yang memalukan dalam hati saya saat itu: aku lho 9 tahun sekolah di sekolah islam, ngapain 'ikut-ikut lagi'.

Waktu istirahat di Senin yang indah itu, saya ditemani Niswah pergi ke masjid Ad'Dakwah untuk mengambil formulir di Ukhti Denny. Mbak Denny tersenyum lebar menyambut kami.
Mungkin niat awal saya hanya sedengkul. Lambat laun, pola berpikir saya berubah.
I found the wonderful relationship among us.

Kami saling bercanda, menemukan bahwa sifat teman-teman saya di SKI muacem macem, sama-sama belajar mengoordinir kegiatan, sama-sama mengetahui dan mengerti Islam lebih dalam. Sampai akhirnya saya mengerti, mereka punya visi dan misi yang sama, yang indah : Mencintai Allah dan merindukan Rasul-Nya. Saya jadi berani mengorbankan keinginan menjadi OSIS hanya karena disuruh memilih dua pilihan itu oleh keluarga. OSIS atau SKI?
Jadi, kalau ada pengumuman dari radikal yang bilang akan ada rapat atau forum bebas, saya dan teman-teman bersemangat sekali. Karena kami merasa akan bertemu keluarga kedua kami, kami akan refreshing setelah mati-matian menahan suntuk pelajaran yang sampe sore.

Refreshing is great, isn’t it?

SKI juga membuka wawasan dan koneksi saya, lewat SKI, saya banyak mengenal akhwat-akhwat smala, smanam, smasa, bertemu mbak-mbak mentor yang bejibun kuliah di FK Unair, mendengar cerita dan pengalaman mereka, berkali-kali takjub karena mendapat materi-materi keren dari mas-mas trainer atau yang setengah trainer.

Jujur.
Saya baru meneguk keindahan itu di SMA. di SKI lebih tepatnya. SKI bikin saya jadi jauh lebih gaul.

Subhanallah, saya sadar bahwa saya beruntung sekali.

Karena, andai saja saya tidak masuk Libels yang akhirnya mempertemukan saya dengan orang-orang keren di dalamnya, saya nggak tahu saya akan jadi remaja yang gimana. Mungkin saya akan aktif di OSIS, tapi mungkin saya akan tetap menggerutu dan tidak bersyukur.
Saya menjadi semakin yakin, bahwa segala yang telah terjadi, adalah yang terbaik dari Allah.
Dan saya sangat bersyukur, Allah menunjukkan kuasaNya dengan cara yang indah.

Allah Maha Baik..

Thursday, March 18, 2010

Lagi, kita bicara tentang cita-cita

0 comments
Semua anak kelas X di Sekolah saya sedang sibuk menyiapkan syarat-syarat ke jurusan impian di kelas XI mereka nanti. Almost of them choose (of course) IPA. Syarat masuk IPA di Libels adalah rata-rata nilai Mat-Kim-Bio-Fis-Bing mereka 72, dan 77 untuk Bing. Untuk IPS, Sosiologi-Geografi-Ekonomi-Sejarah minimal 77. Dan perlu diketahui lagi, ujian di SMA saya yang indah ini tidak hanya UTS, atau UAS.
Ada 3 macam ujian:

1. Ulangan Subyektif
Bahasa gampangnya, ulangan essay atau lisan di gurunya langsung.
2. Ulangan Obyektif
Yakni ulangan terkoordinir satu sekolah, dengan menghitamkan salah satu bulatan imut LJK, pilihan ganda, sampai scanner sensi khas ruang data.
3. Evaluasi Enrichment.
Kalo yang ini khusus untuk tambahan pelajaran siang hari, yaitu Mat Fis Kim Bio Bing. Dan evaluasi yang ini berguna banget buat nambal nilai mafiabiobing yang jelek jelek.

Ahaa.. maaf ada yang lupa. Remidi. Saya rasa anda semua tau apa itu remidi. Jika nilai anda kurang dari SKM, hadapilah remidi itu. Biasanya, di sekolah saya, remidi berjamaah itu biasa. Dilakukan hampir sama seperti ulangan obyektif, tentu saja dengan nilai maksimal SKM. Haha. Kalo setelah remidi nilainya tetep kurang dari SKM? Silahkan menghadap guru mapel bersangkutan untuk meminta remidi, karena beberapa guru memilih cuek terhadap nilai siswanya. Dan kalau anda lagi nganggur, boleh membuka website resmi sekolah saya, karena disitu tercantum link download nilai hasil obyektif dan enrichment dari ruang data. Tapi saya mohon jangan dibuka, kalau anda nggak mau trauma. Jadi kalo anda mampir ke libels dan menemukan segerombolan anak numpuk berebutan di satu layar laptop dan ada yang teriak kegirangan atau ada yang mendesah kecewa, itu berarti mereka sedang melihat hasil ulangan obyektif atau enrichment mereka.

Kembali ke pembahasan tentang penjurusan. Seorang siswa akan masuk ke satu jurusan dengan beberapa pertimbangan:
1. Syarat nilai akademis terpenuhi
2. Hasil psikotes
3. Minat.

Ini dia. Seharusnya sederhana, tapi begitu rumit untuk diputuskan oleh orang plinplan seperti aku.

Di awal kelas X, saya dan teman-teman sudah menjalani psikotes, dan hasil nya menunjukan penurunan IQ dari SMP ke SMA saya --, (melas melaass)
Tapi, hasil psikotes menunjukan beberapa hal yang saya membuat saya kaget.
Minat scientific saya paling tinggi nilainya daripada bidang lain. Dan minat linguistic yang saya jagokan dari awal hanya mendapat peringkat kedua. Saya bertanya pada diri saya, mosok seh awakmu seneng ipa?
Jawaban sewot langsung muncul di benak saya. Iya! Saya menikmati ketika sedang membaca tentang pembiasan di dua medium berbeda kerapatannya, membaca tentang kehidupan porifera, dan memahami reaksi oksidasi suatu benda.
Tapi dalam detik yang bersamaan muncul pertanyaan yang menskak-mat argument pertama,

Kok nilaimu di matfiskim gak pernah setinggi yang dibilang hasil psikotes lhoh?

Saya hanya pernah sekali sukses di fisika, kimia dan matematika. Waktu awal-awal kelas X tok. Untuk yang semester dua ini, kalaupun selamat, nilainya pasti nyrempet-nyrempet SKM. Saya berpikir, mungkin bakat itu ada. Tapi saya nggak menemukan cara untuk bisa menikmatinya seperti saya menikmati biologi yang notabene hafalan sambil membayangkan. Perlu diketahui juga, saya lemah di matematika murni. Saya sering melakukan kesalahan waktu berhitung. Gak teliti lah, lupa dikali setengah lah, kurang nambah negasi lah. Saya menyadari itu. tapi dari awal, saya nggak pernah belajar kalo hanya untuk nyari nilai bagus. percuma. nggarai gak ikhlas dan gak dapet berkahnya.
Saya juga selalu enjoy belajar ilmu – ilmu sosial, mana gurunya asik asik.
Dan yang mengherankan saya lagi, di hasil psikotes itu tertulis jelas:
Lebih Disarankan : Ilmu Alam.
Matematika itu masuk ilmu alam gak siiihh ?? - - bagian mananya? (Mohon dijawab) padahal matematika tu dasar semua aspek kehidupan. Ck ck , saya suka matematika pas saya mudeng. Hehehe. Ya, minimal saya harus menyiapkan mood dan semangat lebih untuk belajar matematika.

Tapi seharusnya saya nggak akan segamang ini jika tidak melihat cita-cita akhir saya.
Saya sudah berjanji nggak akan ngambil kuliah IPA, (ngngng .. perjanjian aneh) karena saya agak trauma setelah melihat buku kalkulus kakak saya yang kuliah di IPA. Yahhh… meskipun itu berarti saya nggak ketemu lagi sama biologi atau kimia… Saya akan terjun total di bidang yang saya sukai, dan saya yakin mampu untuk itu. Kita nggak bisa main-main lagi, kita berbicara tentang Cita-Cita. Saat itu, saya mantap IPS, dengan pertimbangan dasar ilmu kuliah, sudah saya pegang di SMA.
Dan ada satu hal yang saya lewatkan dalam memutuskan tentang hal ini.

Nasihat orang tua.
Ayah saya dengan sangat demokratis membebaskan saya memilih apapun jurusan yang saya inginkan. Tapi ibu? Ibu saya selalu punya jawaban yang mematikan argumen-argumen kuat yang sudah saya siapkan sebelumnya. Ibu nggak pernah mengucapkan jelas, tapi tersirat. Ibu benar.
Akhirnya saya me-restart niat lagi. Sebenarnya, masih sulit membayangkan belajar tanpa Kimia dan biologi.
Dengan semua pertimbangan itu, saya akan terus belajar lebih giat lagi, banyak hal yang belum saya pahami dan ketahui.

Ah, biarlah. Bukankah Allah Maha Pembolak-balik hati manusia?
I will do the best of both, science and social. And let Allah takes the rest. Saya hanya ingin semua hasil ikhtiar yang terjadi di hidup saya adalah kehendakNya, bukan siapa-siapa.
Dan kita akan merasa lega nantinya. Ya kan? :)
 
Copyright © Nezha Fathirah's Blog