Pages

Wednesday, December 28, 2011

Teman sebangku #2

0 comments
Tenang ae, kamu smso aku, telepono aku masio jam 12 malem tak ladeni wes.
Aku gak kemana-mana. Sedih, bahagia, ceritao semuanya. Aku kan gak punya pacar, jadi waktuku banyaaak... hehehe”

Kalimat itu melegakan sekali. Meskipun aku mencernanya dengan malu-malu.
Aku nggak nyangka sama sekali kalau dia bersedia. Bahkan menawarkan diri. Meskipun, rasanya setiap orang di dekatku bisa melakukan hal spontan itu. Semua bisa. Tanpa syarat.
Mungkin aku juga pernah mengetahui kalimat motivasi yang lebih 'nendang' daripada beberapa line kalimat si temen sebangku kelas XI ini.
Tapi saat itu, di titik yang paling menyedihkan dan dalam situasi diri mengkhawatirkan, Allah memilih Tissa untuk mengingatkan aku. Dan berhasil.

“Kamu berhak masuk situ. Aku yakin kamu bisa. Kita nanti se asrama bareng!”

“Aku mau mbuktiin ke mereka yang mikir ‘halah, tissa iku isok opo se? Gak mungkin masuk ui! Aku mau mbungkam mulut mereka”

“Kalau kita liat masa lalu terus, kita bakal terus-terusaan sedih. Banyak hal-hal nggak bagus disana. Ya kan? Sekarang kita ada, ya buat masa depan. Sekarang, kita lakukan yg terbaik di waktu tersisa ini. Oke! ”



-Orestya Taranindita, 17 th
Surabaya, 14 Oktober 2011.
Galau di suatu jumat .

Saturday, December 24, 2011

Rubah dan Pangeran Kecil

0 comments
Oh,
sepertinya aku mengenal rubah itu.
Rubah yang sendirian, berlindung dari hewan-hewan lain yang mungkin akan menganggunya, pikirnya ia akan lebih aman di rumah yang ia buat sendiri.

Rubah itu ingin dijinakkan pangeran kecil.
ia ingin menjadi rubah yang berbeda dari sekianpuluhribu rubah yang ada di dunia.
Rubah yang Dijinakkan Pangeran.
Ah, membayangkannya saja hati si Rubah sudah lompat-lompat tak karuan, bahagia sekali.

Setelah sekian lama, Rubah berpikir mungkin Pangeran sedang mengumpulkan alang-alang untuk dihadiahkan padanya, Rubah sabar menunggu.
.
Tapi tak juga datang.

Ah, haruskah aku memberi tahu Rubah?
Maaf Rubah, mungkin pangeran kecil sedang sibuk mempercantik dan menjaga mawarnya.
Atau... jangan-jangan, Pangeran kecil itu sebenarnya tidak ada. Dia adalah fatamorgana.
Nggak ada. Hanya dongeng rekaan para ibu rubah di gurun untuk anak-anaknya.

Lelah menunggu dijinakkan, Rubah itu coba-coba untuk menjinakkan hal-hal disekitarnya.
sambil terus menunggu Sang Pangeran, pikirnya.
Pohon besar, rumput-rumput, serumpun bunga, sampai angin yang menggelitik telinganya, Rubah coba jinakkan.. ia bertanggung jawab terhadap mereka.

Berharap mereka juga akan menjinakkannya.

Tapi, sepertinya aku harus mengingatkan Rubah lagi. Bahwa... menunggu dijinakkan itu melelahkan. Aku harus menasihatinya untuk mencoba ikhlas, tanpa menuntut jinak-balik.

Kuharap Rubah mengerti.



(After reading 'The Little Prince' Nov 2nd, 2011)
 
Copyright © Nezha Fathirah's Blog